kumpulan askep

silahkan dapatkan askepmu disini

Sabtu, 31 Oktober 2009

PARTUS LAMA

PARTUS LAMA

A. Definisi
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, AB., 2002).

B. Penilaian Klinik
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
2. His tidak efisien (adekuat)
3. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
4. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor0 Faktor-faktor ini sering saling berhubungan.
C. Penanganan Umum
1. Persalinan palsu/belum in partu (Fase labor)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.Periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak ada pasien boleh rawat janin
2. Fase laten memanjang (Prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retropekfektif. Bila his berhenti disebut persalinan palsu atau belum inpartu. Bilamana kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm. pasien kita sebut masuk fase Iaten.
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks :
- Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin. Kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan in partu
- Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCI mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 8 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostagladin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan seksio sesarea.
- Pada daerah yang prevalansi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadi penularan HIV.
- Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 U dalam 500 cc dekstore atau NaCI mulai 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin; serta obati infeksi denga ampisilin 2 gr IV sebagai dosis awal dan I dan IV setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 80 mg.



3. Fase aktif yang memanjang (Prolonged active phase)
Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD atau adanya obstruksi :
- Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki dan mempercepat kemajuan persalinan
- Bila ketuban intak, pecahkan ketuban.
Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterusnya.
4. Kontraksi uterus adekuat
Bila kontraksi uterus adekuat ( 3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
5. Disproporsi sefalopelvik
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan didaptkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.
- Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea
- Bila bayi mati lakukan kraniotami atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio sesarea)
6. Partus Macet (Obstruksi)
Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi
- Bayi hidup lahirkan seksio sesarea
- Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi embriotomi
7. Malposisi dan mal presentasi
Bila didapatkan adanya malposisi atau malpresentasi lihat bab malposisi/ malpresentasi
8. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat (Maternal Neonatal, 2002).

Prosedur persalinan menurut APN, yaitu :
I. Melihat tanda dan gejala kala II
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II
- Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
- Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.
- Perineum menonjol
- Vulva vagina dan sfingter ani membuka
II. Menyiapkan pertolongan persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 UI dan menempatkan tabung suntik sekali pakai di dalam partus set.
3) Menempatkan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
4) Melepaskan semua perhiasan. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.
5) Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Menghisap oksitosin 10 UI ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkannya kembali ke partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekannya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah besar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
- Selaput ketuban sudah pecah, warna jernih dan pembukaan sudah lengkap.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali per menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
- Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
- Membimbing ibu untuk meneran saat mempunyai keinginan untuk meneran
- Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
- Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
- Menganjurkan asupan cairan per oral.
- Menilai DJJ setiap kontraksi melemah.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.



V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu mengeringkan bayi
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

VI. Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi. Letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
- Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir Dee Lee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat, dan memotongnya.
21) Menuntun hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.


Lahirnya bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkuspubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya badan dan tungkai
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
VII. Penanganan bayi baru lahir
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama ( kearah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting, dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.


0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog List

Cari Blog Ini

Term of Use